Rabu, 14 Oktober 2015

thabrani yunis

/caption]Oleh Tabrani Yunis
Melakukan hal yang baik-baik itu, banyak manfaatnya. Dalam kalimat lain, melakukan hal-hal yang baik, akan menuai kebaikan pula. Salah satu hal yang baik itu adalah kegiatan menulis. Mengapa menulis itu baik? Jawabnya, karena sesungguhnya menulis itu adalah sebuah aktivitas untuk membagi ilmu, pengetahuan, pengalaman dan bahkan pembelajaran bagi para pembaca. Aktivitas berbagi ilmu, pengetahuan dan pengalaman lewat tulisan itu, sesungguhnya merupakan sebuah kegiatan yang bernilai ibadah. Lho ibadah? ya benar. Menulis itu merupakan aktivitas yang bernilai ibadah, karena ketika kita menulis yang dilandasi oleh niat untuk berbuat baik, misalnya untuk berbagi ilmu dengan orang lain, maka menulis itu adalah sebuah ibadah. Semakin banyak yang kita tulis dan membuat orang lain menjadi lebih baik karena membaca tulisan kita, mendapat pembelajaran yang baik dari tulisan kita, maka kegiatan menulis itu merupakan kegiatan yang bernilai ibadah.
Bagi seorang pendakwah, kegiatan menulis itu merupakan kegiatan dakwah.  Seorang ulama, akan lebih disegani karena ia melakukan dakwah lewat tulisan-tulisannya.  Mungkin kita ingat bagaimana almarhum Hamka menjadikan aktivitas menulis sebagai aktivitas dakwah. Mungkin para pembaca masih ingat dengan karya besar Hamka, yakni Robohnya Surau kami. Buku itu adalah buku yang ditulis dengan muatan dakwah. Oleh sebab itu, jangan pernah malas menulis. semakin banyak yang ditulis dan semakin banyak pula orang yang membaca tulisan kita.
Nah, bagi aku yang sejak tahun 1989 melakukan aktivitas menulis di media massa, juga melihat bahwa menulis itu sangat banyak memberikan manfaat. Pertama, dengan menulis, mendorong aku untuk selalu membaca dan membaca. ya, banyak membaca secara leteral, dalam arti membaca segala macam bacaan atau tulisan yang memperkaya pemahaman dan kemampuan analisis. kedua, dengan menulis, aku merasa semakin peka dengan lingkungan. Ketiga, ketika kita memilih menjadi penulis, maka konsekwensinya adalah kita harus selalu peka dan kritis terhadap lingungan sekitar. Ke empat, menulis itu, seperti menulis di media, membuat aku dikenal oleh banyak orang. Nah, ketika semakin banyak orang yang membaca tulisanku, maka semain banyak orang yang mengenalku. Ke lima, semakin banyak orang yang mengenalku lewat karya tulis tersebut, maka keuntungan yang ke enam adalah semakin mudah untuk mendapatkan rezeki.  Rezeki yang diperoleh dari honor tulisan, juga efek domino dari kegiatan menulis yang memberikan peluang kepada ku untuk lebih mudah mendaptkan rezeki. Pokoknya, bagi ku menulis itu sudah banyak memberikan manfaat bagi ku. Oleh sebab itu, aku selalu berusaha menulis untuk majalah POTRET, majalah Anak Cerdas dan www.potret-online.com dan Kompasiana.com dan lain-lain.
Lalu,bagaimana dengan Kompasiana.com? Apakah kelima atau enam poin tersebut bisa didapatkan dari aktivitas menulis di Kompasiana? Hmm, sangat bisa. Mungkin tidak elok kalau mengambil contohnya orang lain, lebih baik aku melihat pengalaman diriku dalam kegoatan menulis sejak tahun 1989 yang lalu. Terus terang, aku memang sudah mulai aktif menulis di surat kabar dan lain-lain sejak tahun 1989. Hingga sekarang pun masih aktif dan termotivasi menulis. Kalau di Kompasiana, aku baru tercatat sebagai anggota warga Kompasiana.com  pada 26 April 2010. Memang belum begitu lama, tetapi hitung punya hitung kini sudah lima tahun atau lebih. Aku dulu pernah berada dalam pasang surut menulis. Kemudian, ketika membuka-buka Kompasiana lagi, aku kembali terdorong untuk mengisi halaman untuk menulis. Aku kemudian mulai memacu diri untuk bisa menulis, paling kurang satu tulisan satu hari. Artinya dalam satu hari bisa dua tulisan, bahkan lebih. Kompasiana membuat aku kecanduan menulis menulis. Aku tidak peduli apakah tulisanku bakal masuk highlight maupun headline, yang penting setiap hari aku mestri produktif menulis. Karena bagiku semakin banyak aku menulis, maka semakin banyak manfaatnya. Yang ku kejar dalam menulis bukanlah honor seperti biasanya kita menulis di media cetak, tetapi yang selalu hadir adalah kepuasan hati atau batin. Ini sangat mahal nilainya, lebih besar dari nilai honor yang kita terima.
Hmm, aktivitas menulis yang aku jalankan sudah lebih dari 20 tahun itu, benar-benar membuat batinku puas dan aku memtik banyak keuntungan. Aku sadar bahwa aku tidak boleh menancapkan niat menulisku karena aku mengejar honor, bagaimana aku dapat honor, tulisan saja belum tentu dimuat. Aku yakin bahwa di balik banyaknya menulis, itu, uang bisa datang belakangan. uang yang kita peroleh, bukan hanya datang dari honor sebuah tulisan, tetapi ada dam[pak besar dari kegiatan menulis yang mendatangkan uang. Misalnya, karena kita rajin menulis dan orang banyak mengenal kita, maka sering mendapat kesempatan untuk menjadi fasilitator menulis yang honornya bisa lebih besar dari honor menulis. Begitu pulalah keuntungan yang aku peroleh dengan menulis di Kompasiana selama ini. Selain keuntungan yang disebutkan di atas, aku juga mendapatkan mendapatkan kesempatan yang istimewa. Kompasiana.com telah mengantarkan aku bisa menampilkan wajah dan isi pikiran atawa kontribusi pikiran di Kompasiana TV.
Buktinya,  pada bulan Agustus 2015 yang lalu, kala itu aku sedang mengemudi mobil untuk balik lebaran Idul Adha 1346 H di perjalanan dari Ulee Gle ke Banda Aceh. Aku melihat ada miscall di HP ku. Aku melihat dan menunggu kalau nanti akan ditelpon lagi. ya, ternyata benar. Aku ditelpon lagi. Aku meminggirkan mobil dan menjawab panggilan telepon itu. Ini memang kejutan bagiku. Aku mendapat kesempatan untuk berkontribusi di Kompasiana TV pada tanggal 12 Agustus 2015. Ya, aku diberikan kesempatan tampil di Kompasiana TV dengan menggunakan hangouts. Aku hanya duduk di ruanganku dan ikut serta dalam talkshow di Kompasiana TV tersebut. Asyik bukan? Ya, pasti asyik, karena ini memberikan aku pengalaman baru. Dengan munculnya aku di Kompasiana TV malam itu, maka keuntungan yang aku peroleh lebih besar. Apalagi Kompasiana usai acara itu memberikan pula keuntungan finansila. Alhamdulilah.
Untuk tampil di televisi, memang bukan ini yang pertama sekali.  Sebelumnya aku sudah sering mengisi dialog di TVRI Aceh, tetapi kesempatan berpartispasi di Kompasiana TV ini menambah besar keuntunganku. Aku  sangat bahagia bisa ikut berpartisipasi saat itu. Ini adalah salah satu kebahagiaan yang aku rasakan, tampil sebagai penanggap di Kompas TV malam itu. Aku dihubungi oleh admin Kompasiana untuk berbicara di Kompasiana TV. Ini adalah sebuah kebahagiaan yang diawali oleh rasa syukur. Kita memang akan sangat bahagia, apabila kita pandai bersyukur.
Eh, biasanya orang bilang, kesempatan itu tidak datang dua kali.Ternyata kali ini berbeda. Aku mendapat kesempatan kedua. Ya, kesempatan kedua datang  kepadaku. Aku dihubungi oleh admin Kompasiana di suatu siang di bulan Oktober. Aku diajak lagi ikut ngobrol di TV yang mengangkat tema Menilai Kinerja DPR . Aku kali ini diberikan  lagi kesempatan tampil dan berbicara di Kompasiana TV.Alhamdulilah, Kompasiana.com benar-benar telah membangun jembatan bagiku untuk bisa berjalan dan meninkmati dua media ekspresi dan berkreasi lebih luas. Bukan hanya bisa menulis di Kompasiana.com, tepi juga bisa tampil dan berkontribusi di Kompasiana TV. Kesempatan atau peluang ini semakin menambah keyakinanku bahwa setiap perbuatan yang niatnya adalah untuk kebaikan, maka kebaikan itu akan mendatangkan banyak keuntungan. Oleh sebab itu, janganlah selalu mengerjakan sesuatu karena maksud mengejar uang di depan, karena di saat kita meletakkan uang di belakang, posisi kita di depan dengan segala kemampuan yang kita miliki, maka insya Allah uang yang akan mengejar kita. Namun, sekali lagi, penting dan sangat berharga ketika batin terasa puas. Kepuasan batin adalah di atas segalanya.
Banda Aceh 12 Oktober 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar