/caption]Oleh Tabrani Yunis
Melakukan hal yang baik-baik itu,
banyak manfaatnya. Dalam kalimat lain, melakukan hal-hal yang baik,
akan menuai kebaikan pula. Salah satu hal yang baik itu adalah kegiatan
menulis. Mengapa menulis itu baik? Jawabnya, karena sesungguhnya menulis
itu adalah sebuah aktivitas untuk membagi ilmu, pengetahuan, pengalaman
dan bahkan pembelajaran bagi para pembaca. Aktivitas berbagi ilmu,
pengetahuan dan pengalaman lewat tulisan itu, sesungguhnya merupakan
sebuah kegiatan yang bernilai ibadah. Lho ibadah? ya benar. Menulis itu
merupakan aktivitas yang bernilai ibadah, karena ketika kita menulis
yang dilandasi oleh niat untuk berbuat baik, misalnya untuk berbagi ilmu
dengan orang lain, maka menulis itu adalah sebuah ibadah. Semakin
banyak yang kita tulis dan membuat orang lain menjadi lebih baik karena
membaca tulisan kita, mendapat pembelajaran yang baik dari tulisan kita,
maka kegiatan menulis itu merupakan kegiatan yang bernilai ibadah.
Bagi
seorang pendakwah, kegiatan menulis itu merupakan kegiatan dakwah.
Seorang ulama, akan lebih disegani karena ia melakukan dakwah lewat
tulisan-tulisannya. Mungkin kita ingat bagaimana almarhum Hamka
menjadikan aktivitas menulis sebagai aktivitas dakwah. Mungkin para
pembaca masih ingat dengan karya besar Hamka, yakni Robohnya Surau kami.
Buku itu adalah buku yang ditulis dengan muatan dakwah. Oleh sebab itu,
jangan pernah malas menulis. semakin banyak yang ditulis dan semakin
banyak pula orang yang membaca tulisan kita.
Nah, bagi aku yang
sejak tahun 1989 melakukan aktivitas menulis di media massa, juga
melihat bahwa menulis itu sangat banyak memberikan manfaat. Pertama,
dengan menulis, mendorong aku untuk selalu membaca dan membaca. ya,
banyak membaca secara leteral, dalam arti membaca segala macam bacaan
atau tulisan yang memperkaya pemahaman dan kemampuan analisis. kedua,
dengan menulis, aku merasa semakin peka dengan lingkungan. Ketiga,
ketika kita memilih menjadi penulis, maka konsekwensinya adalah kita
harus selalu peka dan kritis terhadap lingungan sekitar. Ke empat,
menulis itu, seperti menulis di media, membuat aku dikenal oleh banyak
orang. Nah, ketika semakin banyak orang yang membaca tulisanku, maka
semain banyak orang yang mengenalku. Ke lima, semakin banyak orang yang
mengenalku lewat karya tulis tersebut, maka keuntungan yang ke enam
adalah semakin mudah untuk mendapatkan rezeki. Rezeki yang diperoleh
dari honor tulisan, juga efek domino dari kegiatan menulis yang
memberikan peluang kepada ku untuk lebih mudah mendaptkan rezeki.
Pokoknya, bagi ku menulis itu sudah banyak memberikan manfaat bagi ku.
Oleh sebab itu, aku selalu berusaha menulis untuk majalah POTRET,
majalah Anak Cerdas dan www.potret-online.com dan Kompasiana.com dan lain-lain.
Lalu,bagaimana
dengan Kompasiana.com? Apakah kelima atau enam poin tersebut bisa
didapatkan dari aktivitas menulis di Kompasiana? Hmm, sangat bisa.
Mungkin tidak elok kalau mengambil contohnya orang lain, lebih baik aku
melihat pengalaman diriku dalam kegoatan menulis sejak tahun 1989 yang
lalu. Terus terang, aku memang sudah mulai aktif menulis di surat kabar
dan lain-lain sejak tahun 1989. Hingga sekarang pun masih aktif dan
termotivasi menulis. Kalau di Kompasiana, aku baru tercatat sebagai
anggota warga Kompasiana.com pada 26 April 2010. Memang belum begitu
lama, tetapi hitung punya hitung kini sudah lima tahun atau lebih. Aku
dulu pernah berada dalam pasang surut menulis. Kemudian, ketika
membuka-buka Kompasiana lagi, aku kembali terdorong untuk mengisi
halaman untuk menulis. Aku kemudian mulai memacu diri untuk bisa
menulis, paling kurang satu tulisan satu hari. Artinya dalam satu hari
bisa dua tulisan, bahkan lebih. Kompasiana membuat aku kecanduan menulis
menulis. Aku tidak peduli apakah tulisanku bakal masuk highlight maupun
headline, yang penting setiap hari aku mestri produktif menulis. Karena
bagiku semakin banyak aku menulis, maka semakin banyak manfaatnya. Yang
ku kejar dalam menulis bukanlah honor seperti biasanya kita menulis di
media cetak, tetapi yang selalu hadir adalah kepuasan hati atau batin.
Ini sangat mahal nilainya, lebih besar dari nilai honor yang kita
terima.
Hmm, aktivitas menulis yang aku jalankan sudah lebih
dari 20 tahun itu, benar-benar membuat batinku puas dan aku memtik
banyak keuntungan. Aku sadar bahwa aku tidak boleh menancapkan niat
menulisku karena aku mengejar honor, bagaimana aku dapat honor, tulisan
saja belum tentu dimuat. Aku yakin bahwa di balik banyaknya menulis,
itu, uang bisa datang belakangan. uang yang kita peroleh, bukan hanya
datang dari honor sebuah tulisan, tetapi ada dam[pak besar dari kegiatan
menulis yang mendatangkan uang. Misalnya, karena kita rajin menulis dan
orang banyak mengenal kita, maka sering mendapat kesempatan untuk
menjadi fasilitator menulis yang honornya bisa lebih besar dari honor
menulis. Begitu pulalah keuntungan yang aku peroleh dengan menulis di
Kompasiana selama ini. Selain keuntungan yang disebutkan di atas, aku
juga mendapatkan mendapatkan kesempatan yang istimewa. Kompasiana.com
telah mengantarkan aku bisa menampilkan wajah dan isi pikiran atawa
kontribusi pikiran di Kompasiana TV.
Buktinya, pada bulan
Agustus 2015 yang lalu, kala itu aku sedang mengemudi mobil untuk balik
lebaran Idul Adha 1346 H di perjalanan dari Ulee Gle ke Banda Aceh. Aku
melihat ada miscall di HP ku. Aku melihat dan menunggu kalau nanti akan
ditelpon lagi. ya, ternyata benar. Aku ditelpon lagi. Aku meminggirkan
mobil dan menjawab panggilan telepon itu. Ini memang kejutan bagiku. Aku
mendapat kesempatan untuk berkontribusi di Kompasiana TV pada tanggal
12 Agustus 2015. Ya, aku diberikan kesempatan tampil di Kompasiana TV
dengan menggunakan hangouts. Aku hanya duduk di ruanganku dan ikut serta
dalam talkshow di Kompasiana TV tersebut. Asyik bukan? Ya, pasti asyik,
karena ini memberikan aku pengalaman baru. Dengan munculnya aku di
Kompasiana TV malam itu, maka keuntungan yang aku peroleh lebih besar.
Apalagi Kompasiana usai acara itu memberikan pula keuntungan finansila.
Alhamdulilah.
Untuk tampil di televisi, memang bukan ini yang
pertama sekali. Sebelumnya aku sudah sering mengisi dialog di TVRI
Aceh, tetapi kesempatan berpartispasi di Kompasiana TV ini menambah
besar keuntunganku. Aku sangat bahagia bisa ikut berpartisipasi saat
itu. Ini adalah salah satu kebahagiaan yang aku rasakan, tampil sebagai
penanggap di Kompas TV malam itu. Aku dihubungi oleh admin Kompasiana
untuk berbicara di Kompasiana TV. Ini adalah sebuah kebahagiaan yang
diawali oleh rasa syukur. Kita memang akan sangat bahagia, apabila kita
pandai bersyukur.
Eh, biasanya orang bilang, kesempatan itu
tidak datang dua kali.Ternyata kali ini berbeda. Aku mendapat kesempatan
kedua. Ya, kesempatan kedua datang kepadaku. Aku dihubungi oleh admin
Kompasiana di suatu siang di bulan Oktober. Aku diajak lagi ikut ngobrol
di TV yang mengangkat tema Menilai Kinerja DPR . Aku kali ini
diberikan lagi kesempatan tampil dan berbicara di Kompasiana
TV.Alhamdulilah, Kompasiana.com benar-benar telah membangun jembatan
bagiku untuk bisa berjalan dan meninkmati dua media ekspresi dan
berkreasi lebih luas. Bukan hanya bisa menulis di Kompasiana.com, tepi
juga bisa tampil dan berkontribusi di Kompasiana TV. Kesempatan atau
peluang ini semakin menambah keyakinanku bahwa setiap perbuatan yang
niatnya adalah untuk kebaikan, maka kebaikan itu akan mendatangkan
banyak keuntungan. Oleh sebab itu, janganlah selalu mengerjakan sesuatu
karena maksud mengejar uang di depan, karena di saat kita meletakkan
uang di belakang, posisi kita di depan dengan segala kemampuan yang kita
miliki, maka insya Allah uang yang akan mengejar kita. Namun, sekali
lagi, penting dan sangat berharga ketika batin terasa puas. Kepuasan
batin adalah di atas segalanya.
Banda Aceh 12 Oktober 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar