Rabu, 14 Oktober 2015

consolidation "; malay roock

Hari Sabtu siang kemarin, untuk sebuah tawaran pekerjaan, saya bertemu dengan seorang pemuda dari Singapura bersama seorang teman yang memang sudah mengetahui arah bisnisnya.
Saat berkenalan pemuda itu sempat tertegun lama untuk mencoba melafalkan nama saya. "Your name is Indonesia banget"... Hehe... saya dan teman saya tidak bisa menahan senyum atas komentarnya. Kami berdua pun mencoba mengajarkan dia melafalkan nama saya. Karena dia tetap kesulitan, akhirnya saya memperbolehkan dia untuk memanggil saya dari nama lengkap saya yang menurut dia lebih mudah diucapkan.
Alvin nama pemuda tegap itu. Usianya baru 25 tahun. Ia kini menjadi pemilik sebuah perusahaan yang membuat games-games komputer dan HP. Yang menarik, selain usia muda dan pola pikirnya yang beda (karena menguasai benar apa yang menjadi pilihan hidupnya sekarang termasuk hal-hal bisnis lain yang bikin saya nggak mudeng pada obrolan sore itu) adalah karena ketertarikannya menanamkan investasi di negeri tercinta ini. Kalau hanya sekadar mencari peluang sih nggak apa-apa. Sudah biasa dan banyak itu... Tapi, cara Alvin yang benar-benar mau terjun 100% pada pilihannya itu, bikin saya kudu memberikan dia dua jempol saya. Dia mau berusaha mengenal budaya anak muda Indonesia masa kini termsuk kegemaran atau apa saja yang lagi mode. Selain itu, Alvin pun mau belajar bahasa Indonesia yang memang belum lama ini ia pelajari. Ketika saya tanya kenapa nggak bahasa Melayu atau Malaysia saja yang dekat dengan kesehariannya, Alvin jawab, "Saya lebih suka bahasa (Indonesia) daripada melayu or malay. Not interested..." (menurutnya selain tidak tertarik dengan bahasanya, orang malaysia terutama yang mudanya malas-malas, nggak bersemangat) Nggak heran, di sela cerocosan bahasa Inggris khas logat Singapura itu ada kata "tapi", "lama", "kadang-kadang", "bagos", "kamu" dll. Bahkan Alvin mau bersusah payah mencoba membaca salah satu buku saya. Tentu saja membuat saya dan teman saya tidak bisa menahan senyum karena repotnya dia membaca itu. Di sela itu pula, saya dan teman saya memberi beberapa kosakata baru yang langsung dihapalkan olehnya dan dia bilang mau mencari kosa kata lain agar dia bisa lebih banyak memiliki kosa kata bahsa Indonesia. (termasuk bahasa gaul juga) Di saat banyak anak muda Indonesia tidak peduli dengan bahasanya, ada lho orang muda dari negara tetangga yang justu mau mencoba menekuni bahasa ibu kita ini. Lepas di balik itu ada niat ekonomi, tapi saya sungguh menghargai usahanya itu. Satu lagi yang bikin saya kagum adalah totalitas dia dalam usahanya sehingga bukan saja dia mengerti target pasar dan urusan yang berhubungan dengan bisnisnya saja, tetapi juga bagaimana ia bisa serta mau mengenal budaya sasaran yang dia tuju.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar