Sabtu, 24 Oktober 2015

mayu tahyu

mau tau.

Kompasianer senior dan bulukan yang terkumpul di planet kenthir sungguh membuatku muak ......kupikir mereka masih punya

secuil hati untuk merasakan setiap kejadiaan ......punya sejumput otak yang bisa digunakan.tapi ternyata dugaan ku salah

besar ( meminjam istilah bung erry)

Jadi apa sebenarnya guna komunitas planet kenthir ......sungguh bertentangan dengan citra dan image kompasiana yang elegan

,cerdas,pintar,cool,calm,confident.......mirip seperti sifatku.

Jadi saran ku untuk kang pepih atau admin yang mengurusi ini......sebaik nya planet kenthir dibubarkan saja.......jangan

boleh lagi menggunakan logo planet kenthir karena bisa merusak moral pakde pakde dan dan bude,mencemari pikiran emak emak

hingga lupa masak.

Tulisan anggota planet kenthir yang hanya berisi lendir dan selangkangan sebaik nya jangan diberi tempat lagi di

K......biarkan mereka menulis di tembok WC dan penjara sesuai dengan habitatnya....


Mungkin juga mereka punya persepsi yang sama dengan Fuad Amin tentang uang suap (korupsi) yang mereka terima itu, yaitu itu

merupakan bagian dari rezeki Allah kepada mereka. Maka itu meskipun sudah tertangkap sebagai tersangka korupsi, bahkan

sampai sudah menjadi narapidana koruptor pun, mereka masih tetap bisa berpenampilan tak kalahnya dengan selibriti kelas

atas.

Sungguh, hanya di Indonesia saja yang bisa begini!

"Maaf saya ada rapat pulang kuliah belum kerjain tugas ini itu, jadi tidak sempat telfon ibu."

Kuliah, tugas, rapat organisasi, ngurusin project, dan sebagainya, mahasiswa oh mahasiswa sesibuk itu kah? 24 jam, kurang.

Adakah toko penjual "waktu"? Seandainya saja ada. Pelanggan pertamanya pastilah mahasiswa bergelar aktivis, pengusaha

kampus atau pecinta kegiatan-kegiatan kampus yang super sibuk.

Sepanjang sejarah hingga kini dalam satu hari ada 24 jam. Belum pernah kurang atau lebih satu kalipun. Ada yang kurang

tepat dengan alasan "sibuk" sehingga tidak sempat melakukan ritual penting untuk ibu.

Terutama bagi yang sedang jauh dari ibu dan rumah. Pernah kah berfikir, orang sepenting ibu harus mendapatkan "sisa waktu"

dari kesibukanmu? Menyedihkan sekali jika tidak.

"Ibu tau dan percaya kesibukkanmu positif, baik untukmu dan masa depanmu. Ibu bahagia kamu berjuang untuk kesuksesanmu,

yang kamu bilang untuk Ibu. Tapi tau kah apa yang membuat ibu bahagia sekarang tanpa menunggu suksesmu? Cukup, mendengar

kabar darimu, Nak." -Ibu.

Nah, orang terpenting harusnya mendapatkan tempat yang spesial bukan? Sadar, umur manusia tidak ada yang tau. Sedih sekali

harus meminta ibu menunda bahagianya hingga kita sukses, sukses yang belum tentu kapan waktunya.

Ingat, kado terbaik adalah waktu. Selain karena tidak ada toko yang menjualnya, "waktu" itu tidak bisa kembali. Apa yang

lebih mahal dan istimewa dari waktu? Tolong sebutkan ^_^ !

Beri waktu untuk beliau di sela-sela sibukmu, selagi beliau masih ada. Katakanlah 10-15 menit untuk menyapa dan mengabarkan

keadaan beliau dan keadaanmu setiap harinya atau jika kamu benar-benar sibuk, sms saja atau dengan cara lain toh media

banyak macamnya, yakin beliau sudah cukup bahagia.

"Apa kabar Ibu hari ini?"

Setahu saya, Mamas MJK, PK tidak pernah memenangkan even fiksi "Aku Punya Impian". Hanya saja waktu itu memang ada ulasan

dari admin K tentang sebelas karya peserta yang dianggap unggul oleh admin K (termasuk karya buatan Kompasianer Alan

Budiman dan Ang Thek Hun) serta berpotensi besar menjadi juara even.

Dan ulasan admin K tersebut mengundang beberapa protes karena beberapa dari karya yang diunggulkan oleh admin K, melanggar

batas jumlah kata yang ditetapkan oleh admin FC sebagai penyelenggaranya, termasuk pula protes dari Kompasianer Suko

Waspodo, yang sepanjang pengamatan saya, semua kekisruhan kecil tersebut berakhir dengan baik-baik saja...^_

Waktu itu saya benar-benar baru nyemplunk di K, yang walaupun ada beberapa ganjalan tentang hal tersebut, namun lebih

memilih untuk tak ikut campur sedikitpun karena khawatir salah kaprah...^_

Tapi menurut saya yang waktu itu baru berkecimpung dan hingga sekarang, data serta fakta di atas tidak bisa dijadikan acuan

Mbak Etha atau entah siapapun untuk mengaitkannya dengan FC, mengingat data dasar/utama yang sempat menimbulkan keriuhan

tersebut bukan berasal dari admin FC, melainkan murni dari ulasan tersendiri yang dilakukan oleh admin K.

Tapi itu semua hanya klarifikasi pribadi dari saya, Mamas, sesuai dengan data yang pernah saya peroleh tentangnya, yang

entah bilakah datanya kemudian berubah kembali sementara saya tak lagi mengapdetnya, wallahu a'lam...^_

Sederhana bukan? Itu yang ibumu tunggu. Sudah kah kamu melakukannya hari ini?


Gak perlu kenal untuk bisa membaca apa yang tertulis di sini.. langit queen yg namanya tercantun di artikel mbak etha aja

ga sampai tuh bikin artikel... dari situ saja sudah bisa dilihat kadar kesensian seseorang menyikapi sebuah permasalahan...

Dan menanggapi sebuah artikel tak harus dan tak wajib dibalas dalam artikel kok... artikel ini toh gak terlalu penting

untuk ditanggapi dalam sebuah artikel... cukup dgan komen...

Dari sikap inilah sudah tampak sisi ke sensian seseorang... kalo ga sensi.. ga akan muncul artikel ini... wkwkwkkk


Cuma sekedar artikel tanggapan terhadap artikel kompasianer lain kok, Non Put, yang memang telah menjadi model pembelajaran

umum di antara sesama kita dalam mengapresiasi postingan yang lain, yang sayangnya tak semua kompasianer menganggap hal itu

suatu model pembelajaran yang baik...^_

Tante Sol, sepertinya tengah asyik bergumul dengan wikennya sendiri, Mbak In, walau bisa pula dianya tengah asyik

menyiapkan karya terbaru, yang nyebelin sekaligus ngangenin permainan katanya itu..

saya berkomentar agak panjang:
-Kali ini saya tahu, betapa ketidakpuasan Mas A. Maulana S. sedemikian rupa terhadap EM, karena komunitasnya mendapat

"sentilan" dari EM yang tidak pada tempatnya (terutama kesalahan EM dalam membuat perbandingan). Iklan aja kan nggak boleh

nyinggung tetangga sebelah kan?
-Hemat saya, judul dan isi tulisan di atas adalah pesan "terlugas" ["terpedas"] yang pernah saya baca. Artinya, dia sll

memilih kata-kata yg tepat namun sarat makna. Kadang saya sendiri tidak segera cepat memahaminya. Jadi perlu difahami,

terutama oleh EM, bhw komunitas FC benar-benar "gemas". Apalagi saya lihat ada bbr komen berwarna merah, pertanda telah

hapus. itu petunjuk "kegemasan" itu.
-Tulisan sdh terlanjur dipublished, mgkn tdk disadari oleh penulis itu sebelumnya, jadi ada semacam perasaan berbeda ketika

melihat fenomena yg sedang disoroti, baik oleh EM maupun para pembaca, termasuk saya.
-Solusinya, cukup EM meminta maaf secara tulus dan bijak. Saya khawatir, jika disertai pembelaan diri yang apabila kurang

tepat pembelaannya, malah jadi serial berlanjut. Katakan apa adanya dan meminta maaf apa adanya. Saya yakin, komunitas FC

(terutama Mas A. Maulana S) pasti berkenan memaafkannya, dan sebaiknya begitu. Mengakui "kesalahan" bukanlah "kebodohan",

tetapi itu "kecerdasan". Demikian pula bagi yg memberi "maaf". Karena setelah itu, jalan terang akan terbuka lebar.
-Mari kita salam-salaman. Mhn maaf, saya sama sekali bukan bermaksud menggurui, saya hanya ingin kita saling berdamai. Jika

itu pun kurang berkenan, saya mohon maaf dari hati yang tulus.

Komen dengan pembuka yang amat ciamik, Bungil, yang sayangnya diberi paragraf akhir yang amat norak mengingat kita belum

pernah saling kenal namun kau seakan-akan telah seperti cacing dalam perut yang memahami saya sebagai pribadi yang

sensitip.

Betewe, komenmu terlihat jauh lebih sensitif dari postingan saya, juga tanpa data pendukung apapun, dan bukan seperti itu

caranya mengingatkan seseorang yang baru kau kenal...^_

Satu lagi, jika memang tak sepaham dengan artikel ini, baiknya balas dengan artikel yang lebih bermutu, dan bukannya

sekedar nyinyir di lapak orang lain. Atau barangkali memang hanya itu saja kemampuan terhebatmu...?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar