menjadi kebiasaan penulis sebelum melakukan penulisan selalu
menghaturkan permintaan maaf jika ada kata-kata atau tulisan yang
penulis buat membuat sebagian pembaca merasa tersinggung atau penulis
dianggap menista atau apalah, apa yang penulis tulis adalah murni dari
pendapat penulis terkait masalah yang penulis lihat, baca dan dengar,
sekali lagi maaf.
Kalau bicara soal Malay maka tidak akan habis
dibahasnya sama seperti bicara soal dunia sepakbola kita tetapi nyatanya
memang negara itu selalu ada saja ulahnya terhadap negara ini dan
selalu saja negara kita tidak pernah bisa menghentikan ulah negara
malay.
Kita bisa lihat bagaimana kasus-kasus yang dibuat negara
yang katanya serumpun seperti kasus Pulau Sipadan-Ligitan, Ambalat,
Batik, Masakan Rendang, Alat Musik Angklung, lagu Rasa Sayange,
Pelecehan dan Penyiksaan terhadap TKI/W, Kesenian Reog Ponorogo dan yang
terakhir ini adalah kasus penangkapan 3 petugas patroli Kementerian
Kelautan dan Perikanan yang akhirnya di BARTER ( walaupun kata-kata
BARTER ini dibantah keras oleh Menteri Luar Negeri) dengan 7 maling ikan
warga mereka.
Dari semua kasus itu adakah pemerintah kita
mengambil tindakan misalnya melakukan penutupan Kedutaan Besar Republik
Indonesia untuk Malay di KL dan juga Konsulat Jenderal Republik
Indonesia yang ada di Malay ATAU mengusir Duta Besar negara Malay untuk
negara ini ? ternyata tidak, bahkan dari semua nota protes diplomatik
yang dilayangkan pemerintah kita ketika negara itu berulah ternyata
tidak pernah direspon oleh Malay bahkan di cuekin !
Protes ini
sangat kontras sekali dengan ketika jaman pemerintahan Ir. Soekarno,
ketika Malay berulah terhadap negara ini, bung Karno langsung marah,
geram dan berpidato lantang untuk menantang negara itu dengan mengatakan
jika ada sepuluh pemuda malay di negara kita maka akan ada seratus
pemuda Indonesia yang datang ke sana ucapan-ucapan beliau ini membuat
pemerintah Malay ini berpikir dua kali untuk melakukan tindakan iseng ke
negara ini, tetapi sekarang malah kita diam saja tanpa bertindak nyata
seperti yang dilakukan oleh bung Karno.
Seharusnya Menteri Luar
Negeri dan juga Presiden Republik Indonesia mencontoh sikap dari bung
Karno ini bukannya hanya mengirimkan kertas-kertas yang berisi nota
protes ketika mereka berulah, atau mencontoh sikap para pemimpin
negara-negara Amerika Latin seperti kasus perseteruan Venezuela dengan
Kolombia dimana Venezuela mengusir Duta Besar Kolombia untuk Venezuela
karena pertikaian (kalau tidak salah) pandangan ekonomi dimana Kolombia
lebih memilih bermitra dengan Amerika Serikat daripada mengikuti
Venezuela untuk membentuk badan seperti EU atau ASEAN di wilayah Amerika
Latin.
Sudah saatnya Presiden dan juga Menteri Luar Negeri
Republik Indonesia mengambil sikap tegas dan keras jika ada negara yang
mencoba mengancam atau melecehkan kedaulatan negara ini seperti kasus
Malay ini kalau perlu mengambil sikap dengan mengusir Duta Besar Malay
yang ada di Jakarta atau Menlu menutup dan memanggil pulang Dubes,
Konjen dan staff KBRI dan KJRI yang ada di Malay atau negara yang
mencoba mengancam atau melecehkan negara kita.
Kemarin 3 petugas
patroli Kementerian Kelautan dan Perikanan di tahan dan dibebaskan
dengan cara di BARTER dengan 7 maling ikan, lantas besok apalagi ulah
negara itu kepada negara ini ? mau sampai kapan Republik Indonesia harus
tunduk dan diam terhadap aksi-aksi negara ini yang jelas-jelas
mengancam dan melecehkan kedaulatan negara yang bernama Republik
Indoneia ? hanya Menlu, Presiden yang tahu cara bersikap apakah tegas
dan keras atau terus berdiam dan terus mengirimkan kertas-kertas nota
protes tetapi tidak pernah di tanggapi, jangan sampai ucapan bung karno
ketika negara itu berulah menjadi nyata saat ini.
“ Jika ada sepuluh pemuda malaysia ada di Indonesia, MAKA AKAN ADA seratus pemuda yang akan datang ke Malaysia “ !
Taman Pejambon, 200810 09:00
Tidak ada komentar:
Posting Komentar