waktu lalu, saya menerima sebuah permintaan pertemanan dari sebuah
akun media sosial yang foto profilnya menggunakan gambar alat kelamin
laki-laki, dan nama yang tertera di akun tesebut juga hanya sebuah nama
samaran. Melihat foto profil yang demikian permintaan pertemanan
langsung saya hapus tanpa melihat lebih lanjut, siapa dan bagaimana akun
tersebut.
Foto profil merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari jejaring sosial, karena saat mendaftar kita diminta menggunggah
gambar untuk dijadikan foto profil, dan kita juga diberikan kebebasan
untuk menggunakan gambar dan foto apa saja untuk dijadikan foto profil
serta bebas pula untuk menggantinya setiap saat. Masih teringat jelas
saat awal-awal adanya media sosial, ada yang mengganti foto profil
melebihi dosis minum obat dalam sehari.
Pemilihan sebuah avatar
untuk akun media sosial bergantung pada tujuan untuk keperluan apa
membuat akun tersebut. Bila dibuat dengan tujuan berinteraksi dan
menjalin pertemanan di dunia maya dengan teman, kerabat yang sudah
dikenalnya secara baik, maka biasanya pemilik akun akan menggunakan foto
dirinya sendiri. Tetapi bila tujuan dibuatnya akun hanya sebagai akun
anonim, maka biasanya pemilik akun hanya menggunakan gambar animasi,
gambar bunga, hewan ataupun gambar tokoh terkenal. Pada beberapa kasus
bisa juga berlaku sebaliknya, tetapi umumnya pemillik akun anonim
cenderung tidak akan menggunggah foto diri terlebih bila tujuan
dibuatnya akun media sosial untuk tujuan yang tidak baik seperti yang
saya ceritakan di awal tulisan ini. Foto profil yang berbau pornografi
juga sering juga kita temui pada akun-akun yang sengaja dibuat untuk
promosi situs-situs dewasa ataupun pada kegiatan yang mengarah pada
prostistusi online.
Saat munculnya facebook, banyak yang membuat
akun dengan tujuan menemukan teman lama, dan agar teman-temannya mudah
menemukan dan mengenali maka kebanyakan pemilik akun akan menggunakan
nama asli dan foto diri sendiri, mengingat bisa saja nama asli kita
termasuk nama pasaran sehingga bila dipasang foto diri lebih dapat
meyakinkan teman lama untuk mengirim atau menerima permintaan
pertemanan.
Kini, dengan munculnya aplikasi lain (misalnya game)
yang berpaket media obrolan/media sosial maka bila dibuatnya akun media
sosial tujuan hanya untuk bisa registrasi game tersebut, dan pemilik
akun tidak lagi merasa perlu menggunakan foto pribadi kecuali bila ingin
menjalin pertemanan dengan sesama pemain game tersebut.
Kesan pertama dilihat dari Foto Profil
Kecuali
bila sudah diketahui secara pasti siapa pemilik akun yang mengajukan
permintaan pertemanan maka foto profil menjadi hal pertama yang dilihat
oleh penerima permintaan pertemanan dan mempertimbangkan untuk
menerimanya atau tidak.
Bila dianggap tidak beretika maka seperti
yang saya lakukan, kita akan langsung menolak permintaan pertemanan
bahkan bisa juga dilakukan pemblokiran agar tidak dapat mengajukan
pertemanan kembali.
Begitu juga halnya bagi orang yang ingin
mencari teman baru, terutama laki-laki yang sedang mencari jodoh melalui
dunia maya, hal pertama yang dilihat tentu foto profil, apakah sesuai
dengan kriteria atau tidak.
Karena dapat memberikan kesan, maka
pemilik akun biasanya akan menggunakan foto yang dianggap bagus untuk
menjadi foto profil, bahkan dengan adanya aplikasi yang dapat
memodifikasi foto menjadi tampak lebih bagus banyak yang menjadikan
hasil modifikasi tersebut sebagai foto profil, sehingga akhrinya foto
terlihat menjadi lebih bagus, lebih muda, lebih langsing dan lebih
bersih.
Foto profil untuk menunjukkan kondisi terkini.
Bagi
sebagian pemilik akun media sosial, mengganti atau memperbaharui foto
profil bukan sekedar kegiatan iseng karena bosan tetapi bisa juga
menjadi ungkapan perasaan saat itu, biasanya mereka menggunakan ‘meme’
yang sesuai dengan kondisi hatinya. Selain itu, mengganti foto profil
juga dianggap sebagai informasi terbaru tentang kegiatannya saat itu,
contoh menggunggah foto sedang di Bandara sambil menulis status “
@BandaraSoetta”.
Aturan memasang foto profil.
Berbeda
dengan di beberapa aplikasi media sosial, Kompasiana yang juga meminta
membernya mengunggah foto profil memberi aturan dalam hal pemasangan
foto profil ini, yaitu kompasianer diminta untuk menghindari penggunaan
dan penayangan gambar/foto orang lain atau tokoh tertentu. Apabila ada
klaim atau tuntutan hukum dari pemilik atau subyek asli foto/gambar,
Kompasiana berhak menghapus foto profil tersebut tanpa peringatan
sebelumnya. Selain itu, bila diketahui menggunakan gambar berbau
pornografi admin juga tidak segan untuk menghapusnya.
Meskipun
di media sosial lain tidak memberi aturan mengenai pemasangan foto
profil, tetapi untuk menjaga nilai diri di dunia maya, maka sebaiknya
kita memasang foto profil yang wajar-wajar saja, karena beberapa kali
saat bermain game, saya melihat lawan main memasang foto sedang
berciuman dengan pasangan atau mengenakan baju yang memamerkan sebagian
tubuh yang seharusnya ditutupi dan tidak menjadi konsumsi publik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar