Rabu, 14 Oktober 2015

konsolidation et campus

Sebenarnya saya malu, tapi rasa kecewa menutup malu yang ada. Saya yakin bahwa dengan menulis di Kompasiana, saya akan didengar. Mohon maaf apabila ada pihak yang tersinggung dengan tulisan ini, semoga tidak hanya tersinggung, namun juga berbenah agar bisa jadi lebih baik lagi.
Kaget sekali rasanya saat membaca berita yang dipublikasikan oleh Suaka, Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) yang ada di UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Kalau anda belum tahu dimana UIN Bandung berada, silahkan tanya google, saya sudah lelah menjawab pertanyaan ini.


SUAKAONLINE.COM, Bandung- Masjid Iqomah UIN SGD Bandung kembali tidak menyelenggarakan penyembelihan hewan kurban pada lebaran Idul Adha 10 Dhul-Hijja 1436/ 23 September 2015. Berbeda dengan Tahun 2012 dan 2013, Masjid Iqomah masih menyeleggarakan penyembelihan hewan kurban serta membagikan kepada masyarakat sekitar kampus.
Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Iqomah, Bachrun Rifa’i menjelaskan, tidak ikut andilnya Masjid Iqomah dalam penyembelihan kurban karena pengurus DKM banyak yang melaksanakan kurban di luar kampus.
“Tahun 2014 dan tahun sekarang kita memang tidak melaksanakan kurban, tapi kita langsung dapat pembagian dagingnya saja dari pusat. Hal ini dikarenakan, pengurus banyak yang melaksanakan kurban di lingkungan tempat tinggal,” ujar Bachrun saat ditemui di ruangannya pada Rabu (23/9/2015).
Menurut Bahrun, faktor lain tidak diadakan kurban di Masjid Iqomah dikarenakan fasilitas dan tempat yang kurang memadai. “Kalau dulu kan masih bisa di depan fakultas Ushuluddin, masih dekat sama masjid. Sekarang kan masjid udah beda,” lanjut Bachrun yang juga dosen di Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
Senada dengan Bahrun, petugas kebersihan di Masjid Iqomah, Sofyan membenarkan bahwa sudah dua tahun ini Masjid Iqomah tidak mengadakan kurban. Menurut Sofyan, hal itu dikarenakan pengurus dan fasilitas masjid yang belum memadai untuk masjid.
“Memang sudah dua tahun belakangan tidak ada, tahun ini juga tidak ada. Kalau tahun kemarin kita langsung terima dagingnya saja, terus dibagi-bagikan, kemungkinan tahun ini sama,” ungkap Sofyan saat ditemui Suaka, Selasa (22/9/2015).
Bachrun berharap ke depannya Masjid Iqomah bisa menyelenggarakan kurban. Bachrun juga menyimpan harapan pihak Al-Jamiah bisa memberikan fasilitas dan kebijakkan yang layak untuk kegiatan ibadah tersebut.
“Mungkin setelah tahun ini, nantinya Al-Jamiah bisa memfasilitasi untuk penyelenggaraan kurban. Misalnya untuk fasilitas di masjid saja agar kurban bisa dilakukan langsung di sini (Masjid Iqomah-red), tidak hanya membagikan, tapi juga menyembelih,” pungkas Bachrun.

Disaat masjid yang lain berlomba-lomba dalam kemuliaan dengan cara menerima titipan hewan qurban untuk disembelih dan distiribusikan kepada yang membutuhkan. Masjid Iqamah yang terletak di lingkungan kampus UIN Bandung hanya menyelenggarakan ibadah shalat Idul Adha saja.
Kalau anda baca berita yang dikutip dari LPM Suaka diatas, jelas bahwa pihak DKM menyalahkan pihak Al-Jamiah/Rektorat UIN Bandung. Mungkin nanti akan ada sanggahan dari pihak Rektorat yang menyalahkan pihak DKM Masjid Iqamah. Padahal bukan itu yang diharapkan.
Tidak ada alasan untuk Masjid Iqomah untuk tidak menyembelih Hewan Kurban!
Pada penyelenggaraan Orientasi dan Pengenalan Akademik (OPAK) 2015, disebutkan bahwa jumlah mahasiswa baru angkatan 2015 di UIN Bandung mencapai 7500 orang. Seandainya 1% dari jumlah mahasiswa ingin menitipkan hewan kurbannya untuk disembelih dan disalurkan oleh Masjid Iqomah, berarti ada 75 orang yang menitipkan hewan kurbannya kepada pihak masjid kampus ini. Belum lagi mahasiswa lainnya (2011-2014) yang mencapai puluh-ribuan mahasiswa, juga ada lebih dari 1000 Dosen dan staf Tata Usaha yang ada di delapan fakultas yang ada di kampus UIN Bandung, mungkin bisa ratusan hewan kurban yang dititipkan kepada pihak DKM. Nah, pertanyaannya: pihak DKM Masjid Iqomah sanggup atau tidak?
Pihak DKM Masjid Iqomah memang sama sekali tidak berinisiatif untuk menerima dan menyalurkan kurban kepada mereka yang membutuhkan, perlu bukti?
  1. Tidak membentuk kepanitiaan untuk Hari Raya Idul Adha
  2. Tidak membuat publikasi yang terkait dengan penyelenggaraan kurban
  3. Terlalu bergantung kepada pihak Al-Jamiah yang sebenarnya tidak bisa diandalkan
Tidak seperti masjid lainnya yang sudah membentuk kepanitiaan untuk Hari Raya Idul Adha dari jauh hari, entah apa yang membuat pihak DKM begitu sibuk sehingga tidak sama sekali membuat kepanitiaan, jadi yah wajar saja kalau tidak ada penyelenggaraan penyembelihan hewan kurban.
Saya juga tidak melihat adanya publikasi terkait penyelenggaraan kurban, saat masjid-masjid yang lain sibuk untuk mencari jemaah yang mau menitipkan hewan kurbannya untuk didistribusikan kepada yang membutuhkan. Lalu bukti yang terakhir, ketika masjid kampus lainnya mengandalkan mahasiswa untuk mengerakkan kepanitiaan kurban, pihak DKM Masjid Iqomah malah bergantung kepada pihak rektorat yang tidak bisa diandalkan. Kebutuhan mahasiswa saja tidak mampu diakomodir, apalagi masjid?!
Hilangnya fungsi Masjid Iqomah UIN Bandung sebagai Masjid Kampus
Salah satu alasan kenapa saya menulis artikel tentang Masjid Iqamah adalah karena saya adalah mahasiswa UIN Bandung. Selama saya berkuliah disini, masjid ini memang tidak nampak seperti masjid kampus pada umumnya, sangat jauh bila dibandingkan dengan Masjid Salman ITB. Masjid Iqomah tidak memiliki spirit seperti masjid kampus lainnya, malah saya lebih senang menyebutnya dengan sebutan mushala karena fungsinya yang hanya sekedar tempat untuk beribadah saja.

Masjid Salman ITB merupakan role-model masjid kampus di Indonesia, padahal ITB hanya perguruan tinggi negeri, bukan perguruan tinggi islam negeri. Tapi Masjid Salman adalah masjid kampus yang besar dengan spirit islam dan kemahasiswaan.
Masjid Salman ITB tidak hanya memiliki tempat untuk beribadah, tapi juga memiliki lembaga pengembangan untuk mahasiswa ITB, rumah amal yang mengelola zakat infak dan shadaqah dari jamaah, koperasi dan kantin, bahkan asrama untuk mahasiswa yang aktif di unit-unit yang dibawahi Masjid Salman. Bahkan kita dapat mengetahui kegiatan-kegiatan apa saja yang akan, sedang, ataupun yang sudah dilaksanakan oleh Masjid Salman ITB di salmanitb.com
Hebatnya lagi, semua hal itu tidak dimiliki oleh masjid dari sebuah Universitas Islam Negeri, yang berada dibawah naungan Kementerian Agama (ITB berada dibawah naungan Kementerian Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi Negeri).
Mungkin hanya di Masjid Salman ITB, tersedia air minum berupa kopi dan teh gratis untuk para jamaahnya. Pemandangan yang berbeda justru saya temukan di Masjid Iqomah UIN Bandung, dimana ada yang menjual air minum dengan cara menaruh dus berisikan beberapa botol air minum yang dijual, dan pembeli diminta untuk memasukan uang kedalam dus tersebut.
Lalu, apa yang sudah saya lakukan untuk Masjid Iqomah?
Mungkin diantara pembaca ada yang berfikir kenapa saya begitu memojokkan masjid kampus saya sendiri, lalu ingin bertanya kepada saya "memangnya ente udah ngelakuin hal apa untuk masjid kampus ente?!"
Oke, akan saya jawab.
Saat SMA saya aktif di Ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis), saya pernah menjabat sebagai Wakil Ketua saat kelas X dan XI. Ketika saya diterima sebagai mahasiswa di UIN Bandung, terlintas dalam benak saya untuk kembali aktif dalam kegiatan keagamaan di kampus. Kemudian melihat kondisi masjid kampus, saya merasa ini bukan sebuah masjid, jauh dari ekspetasi saya tentang sebuah masjid kampus. Karena memang minim fasilitas untuk disebut sebagai masjid kampus. Jadi yang bisa saya lakukan untuk Masjid Iqomah, yah ini. Menulis artikel sebagai wujud keprihatinan saya terhadap masjid ini, karena alangkah dzolim-nya saya bila hanya diam melihat Masjid Iqomah yang hanya berfungsi sebagai tempat ibadah saja.
Satu harapan saya, semoga suatu saat nanti Masjid Iqomah dapat menjadi teladan sekaligus role-model bagi masjid kampus yang ada di Indonesia, yah minimal setara dengan Masjid Salman ITB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar