Manohara Odelia Pinot, merupakan rangkaian panjang pelecehan
orang-orang Malay (baca: Malaysia) terhadap warga negara Indonesia yang
tinggal sementara di sana. Pelecahan yang bertubi-tubi, sekarang
sepertinya mendapatkan batunya bagi Malay, khususnya Kerajaan Kelantan.
Betapa tidak, aib yang selama ini ditutup-tutupi terkuak sudah atas
keburukan behavioral mereka.
Sejak negara Malay mengalami
kemajuan signifikan Tahun 90-an baik di bidang ekonomi, sosial dan
pendidikan. Membuat negara itu menjadi pongah terhadap negara
tetangganya di ASEAN, khususnya Indonesia. Betapa tidak, negara
Indonesia, misalnya dilecehkan secara keji. Namun dengan kearifan luar
biasa Bangsa Indonesia tidak pernah meladeninya. Entah sejak kapan
keberanian orang-orang Malay melakukan pelecehan terhadap Indonesia.
Namun pernah suatu ketika, Soekarno merasa tersinggung dan marah
sehingga melakukan perintah "ganyang Malayasia" kontak fisik pun tidak
bisa dhindarkan. Tapi Malay waktu itu mundur teratur dan mengalah.
Rupa-rupanya kejadian itu, tidak dijadikan momentum introspeksi. Sikap
pongahnya terus berlangsung, Tahun 70-an "iming-iming" memberikan gaji
besar kepada guru orang Indonesia yang mau pindah ke sana. Penawaran
itu, tidak disikapi Negara Indnesia, sehingga eksodus besar-besaran pun
terjadi. Dampaknya, guru yang saat itu memiliki rasa nasionalsime jeblog
dan harga diri mencapai titik nadir lebih memilih pergi ke Malay. Sejak
itu, pendidikan di sana konon katanya maju kendati masih banyak
mahasiswanya yang di kirim ke Universitas di Indonesia. Celakanya lagi,
setelah sekian juta penduduk Malay mengenyam pendidikan dari guru-guru
berasal dari Indonesia. Sedangkan pendidikan di Indonesia sendiri
mengalami penurunan kualitas sangat drastis alias jauh tertinggal. Malay
terus melakukan pemajuan dengan sentmen anti Indonesia terus
berlangsung. Sikap menjengkelkan itu terus berulang dengan arogansi luar
biasa. Pelecehan yang mengemuka ke publik saat Malay menjadi tuan rumah
Tomas Cup dengan membentang poster "Garuda Fall". Kejadian itu terus
berlanjut dalam pertandingan sepakbola setiap SEA GAMES. Lebih
tragisnya, kepongahan itu dilanjutkan dengan pencaplokan sipadan dan
ligitan dua pulau milik Indonesia. Selain itu melakukan ilegal loging
terhadap kayu-kayu asal Kalimantan yang melibatkan pengusaha Malay dan
pribumi. Selain itu, penghinaan dan penyiksaan terhadap tenaga kerja
Indonesia (TKI) merupakan salah satu penghinaan terbesar sepanjang
republik ini berdiri. Mungkin saja penghinaan lain yang terus ditularkan
adalah untuk menutupi sikap curang orang-orang Malay. Curang dengan
ilegal logingnya, curang dengan jual beli BBM yang konon menurut salah
satu televisi swasta hasil investigasinya berasal dari nyolong. Begitu
pun pasir untuk pembangunannya di hamir negara bagian di Malay berasal
dari laut Indonesia. Colong menyolong, alias maling memaling orang-orang
Malay terhadap kekayaan bumi Indonesia teramat banyak. Sehingga harus
menutupi dengan sikap arogan agar tidak terlacak perbuatannya. Sikap
seperti ini seharusnya ditindak tegas oleh pemerintah Indonesia.
Menindak ilegal loging dari Kalimantan, Aceh, Sulawesi dan sekitarnya
yang masih rawan di colong. Begitu pun maling-maling kecil dari
perusahaan perkebunan Malay yang mencuri orang-orang Indonesia untuk
dipekerjakan di sana. Sebab mereka ogah mengeluarkan uang dan jika
kepepet langsung menyerahkan para TKI dengan alasan ilegal dan
seterusnya. Kelemahan ini harus segera ditutup agar Malay tidak memiliki
celah sembunyi di atas kesalahan negara lain.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar