Rabu, 14 Oktober 2015

consolidation ; malaysion pirook kcepiit

Manohara Odelia Pinot, merupakan rangkaian panjang pelecehan orang-orang Malay (baca: Malaysia) terhadap warga negara Indonesia yang tinggal sementara di sana. Pelecahan yang bertubi-tubi, sekarang sepertinya mendapatkan batunya bagi Malay, khususnya Kerajaan Kelantan. Betapa tidak, aib yang selama ini ditutup-tutupi terkuak sudah atas keburukan behavioral mereka.
Sejak negara Malay mengalami kemajuan signifikan Tahun 90-an baik di bidang ekonomi, sosial dan pendidikan. Membuat negara itu menjadi pongah terhadap negara tetangganya di ASEAN, khususnya Indonesia. Betapa tidak, negara Indonesia, misalnya dilecehkan secara keji. Namun dengan kearifan luar biasa Bangsa Indonesia tidak pernah meladeninya. Entah sejak kapan keberanian orang-orang Malay melakukan pelecehan terhadap Indonesia. Namun pernah suatu ketika, Soekarno merasa tersinggung dan marah sehingga melakukan perintah "ganyang Malayasia" kontak fisik pun tidak bisa dhindarkan. Tapi Malay waktu itu mundur teratur dan mengalah. Rupa-rupanya kejadian itu, tidak dijadikan momentum introspeksi. Sikap pongahnya terus berlangsung, Tahun 70-an "iming-iming" memberikan gaji besar kepada guru orang Indonesia yang mau pindah ke sana. Penawaran itu, tidak disikapi Negara Indnesia, sehingga eksodus besar-besaran pun terjadi. Dampaknya, guru yang saat itu memiliki rasa nasionalsime jeblog dan harga diri mencapai titik nadir lebih memilih pergi ke Malay. Sejak itu, pendidikan di sana konon katanya maju kendati masih banyak mahasiswanya yang di kirim ke Universitas di Indonesia. Celakanya lagi, setelah sekian juta penduduk Malay mengenyam pendidikan dari guru-guru berasal dari Indonesia. Sedangkan pendidikan di Indonesia sendiri mengalami penurunan kualitas sangat drastis alias jauh tertinggal. Malay terus melakukan pemajuan dengan sentmen anti Indonesia terus berlangsung. Sikap menjengkelkan itu terus berulang dengan arogansi luar biasa. Pelecehan yang mengemuka ke publik saat Malay menjadi tuan rumah Tomas Cup dengan membentang poster "Garuda Fall". Kejadian itu terus berlanjut dalam pertandingan sepakbola setiap SEA GAMES. Lebih tragisnya, kepongahan itu dilanjutkan dengan pencaplokan sipadan dan ligitan dua pulau milik Indonesia. Selain itu melakukan ilegal loging terhadap kayu-kayu asal Kalimantan yang melibatkan pengusaha Malay dan pribumi. Selain itu, penghinaan dan penyiksaan terhadap tenaga kerja Indonesia (TKI) merupakan salah satu penghinaan terbesar sepanjang republik ini berdiri. Mungkin saja penghinaan lain yang terus ditularkan adalah untuk menutupi sikap curang orang-orang Malay. Curang dengan ilegal logingnya, curang dengan jual beli BBM yang konon menurut salah satu televisi swasta hasil investigasinya berasal dari nyolong. Begitu pun pasir untuk pembangunannya di hamir negara bagian di Malay berasal dari laut Indonesia. Colong menyolong, alias maling memaling orang-orang Malay terhadap kekayaan bumi Indonesia teramat banyak. Sehingga harus menutupi dengan sikap arogan agar tidak terlacak perbuatannya. Sikap seperti ini seharusnya ditindak tegas oleh pemerintah Indonesia. Menindak ilegal loging dari Kalimantan, Aceh, Sulawesi dan sekitarnya yang masih rawan di colong. Begitu pun maling-maling kecil dari perusahaan perkebunan Malay yang mencuri orang-orang Indonesia untuk dipekerjakan di sana. Sebab mereka ogah mengeluarkan uang dan jika kepepet langsung menyerahkan para TKI dengan alasan ilegal dan seterusnya. Kelemahan ini harus segera ditutup agar Malay tidak memiliki celah sembunyi di atas kesalahan negara lain.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar